Desa “Panincong” merupakan salah satu desa yang terdapat di wilayah Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng yang di apit oleh dua desa yaitu Desa Tellulimpoe disebelah Utara dan Desa Patampanua di sebelah Selatan dan Barat, sementara disebelah timur wilayah Desa Panincong berbatasan langsung dengan Danau Tempe dan Desa Kessing.
Panincong adalah salah satu desa di Kecamatan Marioriawa, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Indonesia, yang dahulunya merupakan dua buah Kerajaan kecil yakni Kerajaan Panincong dan
Kerajaan Kawarang, dan kedua kerajaan ini di bawah naungan Konfederasi Watansoppeng yang pimpin oleh seorang Datu atau Arung.
Desa Panincong dalam legenda dan sejarah, dimana menurut data, infomasi dan masukan dari beberapa tokoh masyarakat bahwa nama Desa Pnincong berasal dari asala kata bugis “TALLINCO” yang artinya tersebar-sebar atau terpencar. Maka muncullah ide untuk menyatukan dan membetuk wilayah dari semua penduduk yang tersebar untuk menjadi lebih baik. Beberapa tokoh masyarakat mengartikan bahwa TALLINCO menjadi PANINCONG yang mempunyai makna “masyarakatnya ingin maju/bergerak di depan, tidak mau merasa tertinggal dari berbagai sector/kegiatan yang ada” Sehingga ditetapkan menjadi “PANINCONG”.
Untuk lebih jelasnya berikut tabel peristiwa penting yang terjadi di Desa Panincong:
ASAL USUL NAMA | SEJARAH TERBENTUKNYA | TAHUN |
Nama Desa Panincong berasal dari asal kata bugis “TALLINCO”.beberapa tokoh masyarakat mengartikan bahwa TALLINCO menjadi PANINCONG mempunyai makna masyarakatnya ingin maju / bergerak di depan, tidak mau merasa tertinggal dari berbagai sektor / kegiatan yang ada. Desa Panincong merupakan salah satu desa dari 5 desa yang ada di Kecamatan Marioroawa Kabupaten Soppeng dengan luas wilayah 21 Km2 yang berbatasan dengan Desa Tellu Limpoe di bagian utara. Desa Patampanua di bagian timur, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Patampanua dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Patampanua yang pemerintahan desanya terdiri dari 2 dusun ,8 RW dan 32 RT.berada pada wilayah yang datar di ketinggian antara 5-50 meter diatas permukaan laut. | Menurut sejarah kepemimpinan /pemerintahan Panincong mulai dari tahun 1930-1960 Panincong dipimpin oleh seorang datu yang bernama DATU ANDI BESSE. Dalam masa kepemimpinan Datu Andi Besse, gerombolan DI/TII dan Permesta membumi hanguskan panincong pada saat itu. Rumah-rumah penduduk habis terbakar yaitu rumah SAORAJA, yaitu tempat kediaman Datu Andi Besse. | 1930-1960 |
Setelah Datu Andi Besse meninggal dunia pada tahun 1960-1965 Panincong berubah status menjadi Desa dan dipimpin oleh ANDI WELLANG. Tahun 1961 ketertiban dan keamanan dapat dipulihkan setelah TNI menguasai panincong di tahun 1965-1970 | 1960-1970 | |
Desa Panincong berganti kepemimpinan oleh H.ANDI AMIR, selama 3 tahun dan Desa Panincong berubah menjadi Wanua. Dan di tahun 1970-1971 Wanua kembali berubah nama menjadi Desa Panincong yang di pimpin kembali oleh H.Andi Amir. | 1970-1971 | |
Selanjutnya pada tahun 1971-2002 Desa Panincong dipimpin oleh H.HASAN YUNUS. Pada masa kepemimpinan H.Hasan Yunus Desa Panincong dimekarkan pada tahun 1984 menjadi Desa Panincong dan Desa Patampanua. | 1971-2002 | |
Pada tahun 2002-2007 Desa Panincong dipimpin oleh ANDI MAKMUR TAHIR yang tak lain adalah cucu dari datu Panincong Andi Besse. | 2002-2007 | |
Desa Panincong kembali dipimpin yang kedua kalinya oleh ANDI MAKMUR TAHIR. | 2007-2013 | |
Desa Panincong dipimpin oleh Ir.Hj.USMANIAR | 2013-2019 | |
Desa Panincong dipimpin oleh ANDI MARDIANA, S.Sos | 2019-Sekarang |
Desa Panincong merupakan desa dengan luas wilayah 21 km2 yang terdiri dari 8 RW dan 32 RT dengan posisi desa pada wilayah datar di ketinggian Antara 5-50 meter di atas permukaan laut. Desa Panincong terdiri dari dua wilayah dusun yang dibagi oleh Jalan poros Sidrap-Soppeng, Sebelah timur Jalan merupakan wilayah Dusun Panincong dengan luas lebih dari 13.000 Ha dan Sebelah barat Jalan merupakan wilayah dusun Labuleng dengan luas lebih dari 7.000 Ha. Selain itu, Desa Panincong juga memiliki pembagian- pembagian kampung dan area pertanian yang pemberian namanya memiliki arti dan makna tersendiri, mulai dari karena letak geografisnya hingga sejarah wilayahnya.
Pamberian Nama-Nama Kampung
Menyiang Salo
“Menyiang Salo” adalah Bahasa daerah bugis yang dalam Bahasa Indonesia “Menyiang” artinya Selatan dan “Salo” artinya Sungai, berarti “Menyiang Salo” adalah berada di sebelah selatan sungai. Sesuai dengan letak geografisnya, Wilayah desa Panincong yang berada di sebelah selatan sungai yang melintas di Desa Panincong di beri nama Kampung Menyiang Salo. Kampung Menyiang salo dahulu merupakan pusat pemerintahan dan pusat perkampungan Desa Panincong, disanalah tempat berada rumah Datu Panincong atau yang disebut SAORAJA. Pasar panincong juga dulu berada di Kampung Menyiang Salo yang lokasinya kini ditempati oleh Sekolah Dasar Negeri Panincong.
Labuleng
Labuleng Berasal dari kata “Mabuleng” yang dalam Bahasa bugis artinya “Gemuk/Subur”. Pemberian nama Labuleng dengan harapan agar tanah pertanian tersebut menjadi tanah subur karena dahulu Kampung Labuleng dikatakan sebagai kampung dengan tanah yang kurang baik untuk sector Pertanian dan perkebunan karena tergolong Tanah yang kering/Gersang.
Kampung Baru
Kampung Baru sebelum dibentuk hanya merupakan lahan tanpa penduduk, berdasarkan inisiatif beberapa orang, warga yang tinggal tersebar dikumpulkan di suatu wilayah hingga terbentuklah sebuah perkampungan yang diberi nama “Kampung Baru”. Namun sebagian besar warga yang menjadi penduduk Kampung Baru merupakan warga dari luar atau Desa Lain yaitu kampung Padali Desa Tellulimpoe.
Lapokko
Berawal dari perselisihan dua orang warga yang melakukan perjanjian untuk menyelesaikan urusan mereka dengan cara beradu ketangkasan dan kekuatan lewat perkelahian. Dan alhasil salah seorang dari mereka kalah yang akhirnya tewas, kemudian jasadnya dipotong-potong. Selain itu di kawasan tersebut sering terjadi kecelakaan yang mengakibatkan korbannya patah dan cacat karena sebagian organ tubuhnya terputus/terlepas dari tubuhnya. Sehingga daerah tersebut diberi nama Lapokko yang berasal dari Bahasa bugis “Pokko” yang artinya terputus/terpotong-potong.
Kampung Towage
Berbeda dengan kampung-kampung lainnya di Desa Panincong, disebut Kampung Towage karena penduduk yang pertama membuka dan menempati Kampung Towage berasal dari Kampung Wage di Kabupaten Wajo. Sehingga diberi nama menjadi Towage (To’Wage) yang artinya Orang Wage