Disadur dari Rakyatku.com, Masyarakat Soppeng masih memegang teguh budaya dan adat istiadatnya. Warga Tinco, Kelurahan Ompo, Kecamatan Lalabata melakukan upacara adat Pattaungeng atau ritual leluhur.
Ritual leluhur ini mengandung makna mendalam sebagai penghormatan kepada roh leluhur. Ini sudah dilakukan turun temurun, sejak Soppeng masih berbentuk kerajaan. Upacara ini dilakukan warga dengan melarung kepala sapi dan beberapa sesajin berupa nasi 3 warga yakni, ketan putih, hitam, merah dan beberapa sesajen.
Warga membuat wadah dari bambu kemudian menaikkan sesajen tersebut, dan melarungnya ke sungai bersama kepada sapi. Proses larung ini dilakukan oleh orang pintar di kampung itu.
Masyarakat Soppeng masih memegang teguh budaya dan adat istiadatnya. Warga Tinco, Kelurahan Ompo, Kecamatan Lalabata melakukan upacara adat Pattaungeng atau ritual leluhur.
Ritual leluhur ini mengandung makna mendalam sebagai penghormatan kepada roh leluhur. Ini sudah dilakukan turun temurun, sejak Soppeng masih berbentuk kerajaan. Upacara ini dilakukan warga dengan melarung kepala sapi dan beberapa sesajin berupa nasi 3 warga yakni, ketan putih, hitam, merah dan beberapa sesajen.
Warga membuat wadah dari bambu kemudian menaikkan sesajen tersebut, dan melarungnya ke sungai bersama kepada sapi. Proses larung ini dilakukan oleh orang pintar di kampung itu.
Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata (Kadisbudpar) Soppeng, A Unru Mappejanci mengungkapkan, upacara adat ini tetap dilestarikan karena bagian dari kearifan lokal. “Ritual ini di back-up oleh Disbudpar. Rencananya akan dijadikan destinasi wisata unggulan di Soppeng demi peningkatan PAD di daerah ini,” tuturnya.
Sekertaris Kabupaten (Sekkab) Sugirman Djaropi dalam sambutannya menyampaikan, apresiasi ritual Pattaungeng dilaksanakan oleh Disbudpar. “Saya berharap upacara adat Pattaungeng ini bisa menjadi destinasi budaya di Soppeng,” pungkasnya.