Menindaklanjuti Surat Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan dan Perikanan, Kades Panincong Ibu Andimardiana melakukan monitoring terhadap Kelompok Maddenrengeng yang telah menerima bantuan ternak Kambing pada tahun 2016 dari Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan.

Ternak kambing yang diterima pada tahun 2016 sebanyak 20 kambing betina dan 2 kambing jantan. 22 ternak tersebut kemudian dibagi ke beberapa anggota kelompok untuk dipelihara.

Siang ini (17/6 red), Kades mengunjungi salah satu kandang milik Kelompok Madderengeng. Menurut penuturn Bapak Herkules Kule, Ketua Kelompok, sebelumnya dirinya menerima 2 kambing betina induk ditambah 1 kambing jantan. Karena kambing jantan hanya 2, maka kambing jantan ini dipelihara secara bergilir oleh anggiota kelompok lainnya agar ternak dapat berkembang biak.

Setelah melewati beberapa tahun, dari 22 ekor kambing yang pernah diterima oleh kelompok tersebut, sekarang tersisa 7 kambing induk, 1 kambing jantaan dan 13 anak. 3 anak diantaranya telah dijual oleh peternak.

Pak Hekules menyampaikan bahwa ada beberapa kendala yang dialami selama menerima bantuan ternak kambing. Kemampuan kambing beradaptasi pada lingkungan baru tidak sama sehingga beberapa diantaranya mati.

Tingkat kematian cukup tinggi terutama pada musim kemarau. Ada semacam tumbuhan yang memiliki bulu halus yang cukup gatal. Kami disini menyebutnya awiu (*bahasa Bugis). Bulu tumbuhan ini mudah diterbangkan angin terutama pada musim kemarau. Dan jika mengenai kambing, kambing mengalami gatal yang luar biasa sehingga menggesekkan badan pada pepohonan maupun tanah kering. Hal ini menyebabkan bulu-bulu kambing rontok dan juga menyebabkan luka pada tubuh kambing. Pada akhrinya ada yang mati.

“Biasanya kalo sudah terluka, kambing mudah terkena penyakit lain dan mati,” tutur peternak yang akrab disapa Pak Kulle tersebut.

Selain faktor adakptasi yang rendah, ada juga kambing yang mati pada saat melahirkan. “Pernah juga ada kambing yang mati waktu melahirkan, Induk dan anak mati semua.”Tambahnya sambil memberikan makanan pada ternaknya.

Satu lagi yang menjadi kendala kembang biak kambing adalah kemampuan beranak tinggi, tapi untuk menyusui terbatas. Sehingga kadang ada anak kambing yang mati karena tidak kebagian susu.

Pak Hekules bercerita bahwa dia pernah membantu anak kambing dengan cara memberinya susu secara manual namun ternyata itu tidak berhasil.

“Pada akhirnya anak kambing itu mati,” tambanya.

Kades Panincong berharap agar kambing yang masih tersisa sekarang yang berjumlah 18 itu dapat dipelihara dengan baik. Diusahakan dapat berkembang biak.

“Saya harap kambing yang ada sekarang, yang masih bertahan dipelihara dengan baik, supaya bisa berkembang biak lebih banyak lagi,” Tegas Andi Mar.

Harapan tersebut dijawab dengan sigap oleh Pak Kulle. Apalagi Pak Kulle telah merasakan manfaat memelihara kambing tersebut.

“Insya Allah ini kami tetap pelihara, apalagi kami juga sudah pernah merasakan hasil dari menjual kambing. Kami sudah menjual 3 anak kambing,” tambahnya. (as)